Chat Dokter
Konsultasi Dokter Online
Konsultasi Dokter Online
Ruptur adalah robek atau koyaknya suatu jaringan secara paksa. Perineum adalah lantai pelvis yang berada pada pintu bawah panggul. Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi lahir, baik secara spontan ataupun memakai alat maupun tindakan. Ruptur perineum dapat terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan sering juga terjadi pada persalinan berikutnya. Ruptur atau robekan pada perineum yang terjadi pada proses pesalinan dapat menyebabkan gangguan fungsi dasar otot panggul yang dapat mempengaruhi aktivitas kontrol buang air besar, buang air kecil, dan aktivitas seksual ibu setelah melahirkan. Ruptur perineum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa derajat, yaitu:
Ruptur perineum dapat disebabkan oleh beberapa faktor resiko, yaitu:
Paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami oleh seorang ibu baik lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko ruptur perineum pada ibu dengan paritas satu lebih besar dibandingkan ibu dengan paritas lebih dari satu, hal ini disebabkan oleh ibu dengan paritas satu masih memiliki jalan lahir yang belum pernah dilewati oleh kepala bayi sehingga otot-otot perineum yang ada belom meregang.
Semakin besar berat bayi yang dilahirkan maka resiko terjadinya ruptur perineum juga akan meningkat. Bayi besar merupakan bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4kg. Ruptur perineum dapat terjadi diakibatkan semakin besar bayi yang dilahirkan maka perineum tidak kuat untuk menahan regangan akibat besarnya kepala dan bahu bayi sehingga dapat terjadi robekan.
Kekuatan kontraksi rahim dan tenaga ibu yang kuat pada saat mengejan akan menyebabkan terdorongnya kepala bayi yang ada pada dasar otot panggul. Kepala bayi yang keluar dengan pelan dan sedikit demi sedikit akan mengurangi resiko terjadinya ruptur, sebaliknya pengeluaran kepala yang tiba tiba akan menyebabkan ruptur hingga derajat 4. Oleh karena itu ibu harus mengejan dengan benar saat persalinan.
Persalinan dapat terhambat apabila perineum kaku dan tidak elastis. Perineum yang kaku dan tidak elastis ini juga dapat mengakibatkan robekan pada perineum. Hal ini sering ditemukan pada ibu yang mengalami masa kehaliman untuk pertama kali.
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu ialah 20-35 tahun. Pada usia <20 tahun, organ reproduksi belum dapat berfungsi secara sempurna oleh karena itu lebih sering mengalami komplikasi jika terjadi kehamilan dan persalinan. Sedangkan pada usia >35 tahun, fungsi reproduksi ibu sudah mengalami kemunduran sehingga dapat terjadi komplikasi pasca persalinan seperti perdarahan besar.
Gejala dari ruptur perineum adalah pucat, lemah, dan pasien dalam keadaan menggigil. Tanda dari ruptur perineum adalah perdarahan, darah segar yang mengalir setelah bayi lahir, uterus berkontraksi kuat, keras dan mengecil.
Pengobatan untuk ruptur perineum ialah dengan memberikan antibiotic yang cukup sesuai anjuran dokter. Perawatan robekan perineum setelah melahirkan pada ibu berfungsi untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya bersamaan dengan perawatan vulva. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yaitu mencegah kontaminasi dengan rectum, menangani jaringan luka dengan lembut, membersihkan sumber infeksi dan bau yang ada yaitu darah.
Daftar Pustaka
Goh R, Goh D, Ellepola H. 2018. Perineal tears – A review. Aust J Gen Pract. doi:10.31128/AFP-09-17-4333. PMID: 29429318.
Pertiwi, N., 2019. Studi Kasus Pada Ibu Bersalin dengan Robekan Perineum Derajat II di PMB Masnon, SST, M. Kes, Wayhuwi, Lampung Selatan (Doctoral dissertation, Poltekkes tanjungkarang).
Setiawan, Oky Somang. 2017. Gambaran Derajat Keparahan Ruptur Perineum Dengan Melihat Faktor Berat Lahir Bayi pada Primipara dan Multipara Saat Persalinan Pervaginam di RS PKU Muhammadiyah Gamping. FKIK UMY
Suciana, R., 2017. Hubungan Faktor Maternal dengan Kejadian Ruptur Perineum Spontan di RSUD Tugurejo Semarang (Doctoral dissertation, UNIMUS).