Chat Dokter
Konsultasi Dokter Online
Konsultasi Dokter Online
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat gigitan salah satu jenis nyamuk yang menularkan virus. Sindrom syok/ renjatan pada penderita demam berdarah dengue dinamakan dengue syok sindrom (DSS). Sekitar 30-50% penderita DBD mengalami syok dan berujung dengan kematian, terlebih lagi jika tidak ditangani lebih awal dan sesuai dengan tata laksananya.
Dengue syok sindrom (DSS) merupakan syok berdampak pada gangguan peredaran (sirkulasi) dan membuat penderitanya tidak sadar yang disebabkan oleh hilangnya cairan plasma. DSS dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Pada orang yang menderita akan terlihat gelisah dan lemah serta kelelahan. Saat memasuki syok, beberapa hal yang menandai adalah kulit dingin dan lembab di daerah sekitar mulut, nadi cepat dan lemah.
Pada syok tingkat berat merupakan tahap lanjut dari tingkat biasa akibat tidak diketahui secara dini dan tidak adanya penanganan lebih lanjut. Hal yang menandai adalah tidak terabanya denyut nadi atau pun tekanan darah. Pada tingkat ini orang yang menderita akan kehilangan kesadaran.
Penyebab
Dengue syok sindrom (DSS) disebabkan oleh perembesan plasma yang melebihi 30% dan perdarahan. DSS juga dicurigai berasal dari infeksi sekunder/ kedua kalinya dari tipe virus yang berbeda pada seorang penderita. Adapun beberapa faktor risiko yang mempengaruhi pada DSS, yaitu :
Pada usia anak-anak, penyakit rentan menyerang karena daya tahan tubuh yang belum stabil dan juga dikarenakan pada anak-anak pembuluh darah lebih permeabel.
Pada perempuan diyakini lebih beresiko mengalami syok dikarenakan permeabilitas dinding kapiler cenderung dapat ditingkatkan dibanding laki-laki.
Pada seseorang yang memiliki berat badan yang berlebihan akan dapat menyebabkan syok akibat peradangan yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Gejala dan Tanda
Syok pada penderita DBD terjadi antara hari ketiga-ketujuh ditandai dengan terjadinya penurunan suhu tubuh, kelelahan, dan gelisah. Syok juga menimbulkan gejala berupa kulit dingin dan lembab, nadi cepat, lemah dengan tekanan < 20 mmHg, daerah sekitar mulut tampak kebiruan, adanya penurunan tekanan darah, dan penurunan kesadaran.
Pengobatan
Pada pasien DSS dapat dilakukan pengobatan berupa penggantian cairan, pemberian plasma/koloid untuk membantu memperbaiki permeabilitas kapiler, koreksi asidosis, terapi oksigen karena syok akan mengakibatkan kegagalan mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan, pemberian obat-obatan (antibiotika, kortikosteroid, heparin), dan pengawasan atau observasi keadaan umum pasien setiap setengah jam.
Daftar Pustaka
Pradipta, Yudi. 2016. “Determinan Sosial Kejadian Dengue Shock Syndrome di Kota Semarang” dalam Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 No.5 Tahun 2016. Departemen Biostatik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
Batari, Andi. 2020. “Laporan Kasus Dengue Shock Syndrome pada Anak dengan Obesitas” dalam Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol.7 (1). Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman
Pujiarti, Riana. 2016. Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dengue Shock Syndrome (DSS) pada Anak di RSUD Tugurejo Kota Semarang. Semarang : Fakultas Ilmu Keolahragaan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES
Harisnal. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Dengue Shock Syndrome pada Pasien DBD di RSUD Ulin dan RSUD Ansari Saleh Kota Banjarmasin Tahun 2010-2012. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Epidemiologi Lapangan UI
Raveendran, Shobana. 2016. Dengue Syok Sindrom. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.