Chat Dokter
Konsultasi Dokter Online
Konsultasi Dokter Online
Pengertian
Bell’s Palsy merupakan gangguan neurologis akibat kerusakan saraf facialis yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan (paralysis) pada satu sisi wajah yang timbul mendadak karena lesi nervus facialis, sehingga dapat mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Paralysis tersebut dapat menyebabkan asimetri pada wajah serta dapat menganggu fungsi normal, seperti saat menutup mata dan makan.
Penyebab
Sampai sekarang, penyebab Bell’s Palsy belum diketahui secara pasti. Namun beberapa ahli menyebutkan bahwa Bell’s palsy disebabkan oleh proses inflamasi akut pada nervus facialis di daerah tulang temporal, disekitar foramen stilomastoideus pada nervus facialis yang dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan diameter pada nervus facialis yang menyebabkan terjadinya kompresi pada saraf tersebut ketika melalui tulang temporal.
Selain itu, sebagian virus juga dianggap dapat menyebabkan infeksi persisten (atau laten) tanpa gejala, seperti virus varicella-zoster dan virus Epstein-Barr, keduanya berasal dari keluarga herpes. Reaktivasi dari infeksi virus (tidak aktif). sebagai penyebab Bell’s palsy akut. Studi menunjukkan bahwa aktivasi baru ini bisa didahului oleh trauma, faktor lingkungan, serta gangguan metabolisme atau emosional, sehingga menunjukkan bahwa beberapa kondisi yang berbeda dapat memicu reaktivasi.
Gejala dan Tanda
Pada penderita Bell’s Palsy ditandai dengan gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi wajah yang timbul secara mendadak. Tanda dan gejala lain adalah sulit ketika untuk menutup salah satu kelopak mata, adanya iritasi pada mata karena tidak berkedip dan menjadi terlalu kering, perubahan jumlah air mata yang dihasilkan mata., bagian wajah mungkin terkulai, seperti satu sisi mulut, air liur dari satu sisi mulut dan jumlah air liur yang dihasilkan berubah, merasa kesulitan pada ekspresi wajah, indera perasa bisa berubah, telinga yang terkena dapat menyebabkan kepekaan terhadap suara (hiperakusis), suara terdengar lebih keras, nyeri di depan atau di belakang telinga pada sisi yang sakit, dan sakit kepala.
Pengobatan
Pengobatan pada penderita dengan bell’s palsy dapat dilakukan melalui non-medikamentosa dan medikamentosa.
B. Medikamentosa
1. Kortikostreoid
Dengan memberikan oral kortikosteroid pada penderita Bell’s Palsy dapat mencegah terjadinya inflamasi saraf. Prednisone diberikan dengan dosis 60-80 mg per hari dalam waktu 5 hari, dan di tappering off 5 hari seterusnya. Hal ini dapat memperpendek masa penyembuhan serta peningkatan hasil akhirnya.
Penelitian terhadap pengaruh dari Valacyclovir (1000 mg per hari, yang diberikan sekitar 5-7 hari) dan Acyclovir (400 mg 5 kali sehari, diberikan selama 10 hari) mengingat adanya kemungkinan keterlibatan HSV-1 dengan Bell’s Palsy. Dari hasil penelitian yang diperoleh, penggunaan antivirus kurang memberikan keuntungan dalam penyembuhan penyakit. Akan tetapi, penggunaan Valacyclovir dan prednisone dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Penggunaan analgesik pada penderita Bell’s Palsy dapat membantu meredakan nyeri, serta untuk penggunaan methylcellulose eye drops dapat mencegah kekeringan pada kornea.
Daftar Pustaka
Balakrishnan, Aishwarya. Bells’s Palsy: Causes, Symptom, Diagnosis, and Treatment. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. (2015). Vol. 7(11) : 1004-1006.
Adam, Olivia Mahardani. Bell’s Palsy. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. (2019). 8(1) : 137-139.
Bahrudin, Moch.. Bell’s Palsy(BP). Bagian pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. (2011). 20-25.